Tag Archives: faye dunaway

Matikan Televisi anda sekarang

22 Nov

(Network, 1976)

 

Di era modern, apa yg di agung-agungkan oleh semua stasiun TV?

Informasi?

Engga.

Hiburan?

Bukan.

Edukasi?

Mana mungkin.

Keuntungan?

Hampir.

Rating?

Yup. 100% benar.

Rating adalah mekanisme ‘nyawa’ televisi yg paling di agungkan oleh semua stasiun tv di seluruh dunia karena semakin tinggi rating acara berarti pendapatan stasiun tv melalui iklan akan naik. Sebuah formula yg simple….secara teori, tetapi di praktek sangat sulit di eksekusi. Sayangnya mayoritas acara televisi akan selalu mengorbankan integritas demi mencapai rating tinggi, dengan segala cara. Visi film black comedy ‘Network’ yg penuh dengan sindiran ini dengan sangat pintar dan berani meramalkan bahwa budaya televisi akan semakin kacau dan tidak jelas arahnya demi mencapai rating tinggi dan keuntungan.

Seorang pembaca berita veteran, Howard Beale yg sudah bekerja selama puluhan tahun sebentar lagi akan di phk karena rating acara dia mulai merosot tajam. Mengalami depresi berat dan tekanan jiwa, ketika sedang membaca berita, Beale mengumumkan bahwa dia akan bunuh diri dengan menembakan pistol ke kepalanya. Network UBS dan penonton mengalami shock berat dan mencoba untuk mengontrol situasi. Beale memohon untuk di berikan kesempatan terakhir untuk meminta maaf ke penonton dan untuk siaran terakhir kali untuk mengucapkan selamat tinggal. Teman Beale dan direktur berita Max Schumacher mengijinkan Beale, tetapi ketika siaran Beale malah mengkritik lantang tentang kemunafikan televisi dan malah mengumpat tentang kekosongan kehidupan. Rating acara malah naik drastis dan salah satu direktur program UBS, Diana Christensen melihat sebuah kesempatan emas dan menganjurkan supaya Beale bisa mendapatkan program dimana Beale bisa mengeluarkan segala uneg-uneg yg ingin dia sampaikan.

Acara Beale menjadi acara dengan rating tertinggi dan dia di sebut sebagai ‘Nabi gila’ karena dia berani untuk terus terang untuk mengungkapkan kebenaran:

 “We deal in illusions, man. None of it is true. But you people sit there day after day, night after night, all ages, colors, creeds. We’re all you know. You’re beginning to believe the illusions we’re spinning here. You’re beginning to think that the tube is reality and that your own lives are unreal. You do whatever the tube tells you. You dress like the tube. You eat like the tube. You raise your children like the tube. You even think like the tube. This is mass madness — you maniacs! In God’s name you people are the real thing, WE are the illusion.

“So turn off your television sets. Turn them off now. Turn them off right now. Turn them off and leave them off. Turn them off right in the middle of the sentence I am speaking to you now. Turn them off!!”

Kesuksesan acara Beale membuat Christensen untuk membuat acara radikal lagi bernama ‘Mao –Tse Tung hour’ di mana sekelompok teroris radikal “Ecumenical Liberation Army”  (pro komunis) di berikan sebuah kamera di mana mereka melakukan perampokan dan kejadian itu di rekam dan di siarkan.

Christensen mengerti acara-acara ini akan sukses karena di saat itu, Amerika sedang mengalami krisis secara ekonomi, moral dan martabat sebagai super power. Amerika baru selesai dengan perang Vietnam yg memalukan, harga minyak dunia naik drastis, rakyat tidak percaya dengan pemerintah karena skandal Watergate, kriminalitas naik di mana-mana dan sepertinya warga Amerika biasa merasa hidup mereka sudah di luar kontrol.

Acara seperti Beale dan ‘Mao-Tse Tung hour’ berani untuk mengungkapkan amarah yg di rasakan oleh rakyat Amerika sehingga acara mereka menjadi sukses. ‘Network’ dengan secara terbuka membuat statemen parodi bahwa televisi akan ‘menghalalkan’ segala cara demi mempertahankan rating tinggi. Televisi tidak mempunyai hati nurani atau kesadaran yg tulus karena apa yg mereka buat tidak ada sangkut pautnya dengan kebaikan manusia karena televisi mengexploitasi emosi penonton demi keuntungan.

Ketika rating acara Beale turun, network melakukan hal drastis untuk menghentikan ‘pendarahan’ demi mempertahankan pendapatan iklan. Bagi mereka Beale bukan manusia, dia adalah aset dan aset di kelola oleh uang dan visi perusahaan. Beale menjadi sapi perahan di mana ‘pesan kebenaran’ yg dia sampaikan bisa bertahan selama rating dia bagus dan menguntungkan. Di dunia televisi, ideologi dan idealisme bisa di ukur harganya.

Statemen ini di kuatkan ketika Schumacher memutuskan hubungan dia dengan Christensen (Setelah Schumacher meninggalkan istrinya demi Christensen) karena dia melihat Christensen adalah simbol reinkarnasi televisi itu sendiri:

“It’s too late Diana. There’s nothing left in you I can live with. You’re one of Howard’s humanoids. If I stay with you I’ll be destroyed. Like Howard Beale was destroyed . . . Like everything that you and the institution of television touch, is destroyed.

“You’re television incarnate Diana. Indifferent to suffering. Insensitive to joy. All of life is reduced to the common rubble of banality. War. Murder. Death. All the same to you as bottles of beer. And the daily business of life is a corrupt comedy. You even shatter the sensations of time and space into split seconds and instant replays. You’re madness Diana. And everything you touch dies with you . . . but not me. Not as long as I can feel pleasure, and pain and love.

“And it’s a happy ending. Wayward husband comes to his senses. Returns to his wife with whom he’s established a long and sustaining love. Heartless young woman, left alone in her arctic desolation. Music up with a swell. Final commercial. And here are a few scenes from next week’s show . . .”

 ‘Network’ adalah sebuah film yg mempunyai ambisi besar karena ceritanya mempunyai tema atau statemen yg kuat tentang dunia televisi yg berubah menjadi lebih buruk. Keseimbangan antara black comedy, misi statemen dan visi yg absurd tetapi relevan membuat film yg menghibur dengan pesan yg sangat kuat.  Di sutradarai Sydney Lumet dan penulis Paddy Chayefsky, ‘Network’ memenangkan empat penghargaan di Academy awards tetapi bagi saya kemenangan ‘Network’ yg mutlak adalah ramalan yg di lakukan 36 tahun yg lalu secara akurat sudah menjadi hal yg standard di era televisi sekarang.

tintascreenplay.com